Hari besar nan suci yakni Idul Adha akan segera tiba, dan dewasa ini semakin banyak orang yang melakukan ibadah qurban. Mulai dari bagaimana cara memilih hewan qurban ras khusus yang dinilai paling baik kualitasnya, hingga tata cara dan teknis pembeliannya. Namun, sampai saat ini ada beberapa hal mendasar yang menjadi tanda tanya besar di kalangan masyarakat Indonesia yakni mengenai pertimbangan memilih qurban satu kambing (perorangan) atau satu ekor sapi untuk 7 orang yang dilakukan secara patungan.

Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat muslim di Indonesia melakukan qurban secara patungan adalah masalah kondisi perekonomian menengah. Jika memang tak mampu untuk berqurban seekor perorangan, maka opsi untuk urunan tujuh orang mengurbankan satu sapi merupakan solusinya. Namun, mana yang sebenarnya lebih baik antara qurban patungan dengan qurban perorangan?

Ada beberapa sumber yang menyatakan bahwa qurban kambing satu ekor lebih baik daripada memilih solusi qurban sapi secara patungan tujuh orang. Perlu ditela'ah kembali karena hal ini sesuai dengan dalil (Shahih Fiqh Sunnah, 2:375, Fatwa Lajnah Daimah no. 1149 dan Syarhul Mumthi’ 7:458). Imam As-Saerazi Asy-Syafi’i mengatakan, “Kambing (sendirian) lebih baik dari pada urunan sapi tujuh orang. Karena orang yang berqurban bisa menumpahkan darah (menyembelih) sendirian.” (Al Muhadzab 1:74).

Sebagian ulama lain juga menjelaskan bahwa qurban satu kambing lebih baik daripada ikut patungan sapi atau unta, karena tujuh kambing manfaatnya lebih banyak daripada seekor sapi (lih. Shahih Fiqh Sunnah, 2/375, Fatwa Lajnah Daimah no. 1149 & Syarhul Mumthi’ 7/458). Di samping itu, terdapat alasan lain yakni qurban yang sering dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utuh satu ekor, baik kambing, sapi, maupun unta, bukan 1/7 sapi atau 1/10 unta. Kemudian, aktivitas menyembelihnya pun menjadi lebih banyak. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh penulis kitab Al Muhadzab Al Fairuz Abadzi As Syafi’i (lih. Al Muhadzab 1/74). Namun, terdapat sebagian ulama yang melarang urunan dalam berqurban, diantaranya adalah Mufti Negri Saudi Syaikh Muhammad bin Ibrahim (lih. Fatwa Lajnah 11/453). Tetapi pelarangan ini didasari dengan analogi yang bertolak belakang dengan dalil sunnah, sehingga jelas salahnya.

Pendapat di atas merupakan pendapat dari para ulama yang tinggal di Arab Saudi. Padahal kondisi masyarakat di Arab dan di Indonesia berbeda jauh. Memang sangat memungkinkan bagi mereka untuk membeli seekor sapi atau unta secara individu. Tetapi lain halnya di Indonesia yang masyarakat kelas menengah ke bawahnya masih sangat banyak. Selain itu, masyarakat Indonesia juga banyak yang memiliki pantangan untuk memakan daging kambing. Jadi solusinya adalah dengan membeli sapi secara patungan karena dua alasan tersebut, dan juga akan meningkatkan nilai kebersamaan jika membeli dengan patungan.

Tak dapat dipungkiri, jika berdasarkan sudut pandang banyaknya daging dan mahalnya harga hewan qurban, maka urutannya pun menjadi qurban unta, qurban sapi, lalu qurban kambing (berbagai jenis qurban kambing juga beredar cukup banyak saat ini, namun untuk jenis domba lebih baik diutamakan daripada kambing lokal).